Soki, 9 Juni 2025 Aksi pemblokiran jalan kembali terjadi di Desa Soki pada pukul 14:00 siang. Masyarakat setempat, yang mayoritas terdiri dari kaum wanita, turun ke jalan untuk menuntut kepastian hukum terkait kasus pembunuhan berencana terhadap Sahrul Ajwari.
Namun, kehadiran aparat kepolisian dalam aksi ini menuai kontroversi. Alih-alih memberikan kejelasan mengenai status hukum para pelaku dan proses penangkapan pada para pelaku yang terlibat dalam kasus pembunuhan berencana tersebut, polisi justru mempertanyakan soal adanya surat perjanjian batas waktu yang sebelumnya dibahas pada aksi pemblokiran jalan hari Jumat, 6 Juni 2025.
Hal yang lebih mengejutkan, meskipun aksi ini dilakukan tanpa perlawanan dan didominasi oleh kaum perempuan, pihak kepolisian tetap turun dengan moncong senjata dan peralatan tempur lengkap. Keadaan ini memicu kemarahan masyarakat, yang merasa bahwa aparat memperlakukan mereka seolah sebagai pelaku kejahatan, bukan sebagai pihak yang sedang menuntut keadilan atas nyawa yang telah direnggut secara keji.
Aksi blokade jalan gelombang kedua tersebut dilakukan karena masyarakat menolak ketidakjelasan dalam proses hukum yang berjalan. Mereka menilai bahwa kepolisian seharusnya fokus pada langkah tegas dalam menangkap dan menetapkan tersangka, bukan malah mengalihkan perhatian ke hal administratif yang tidak menyentuh substansi utama dari tuntutan mereka.
Masyarakat Desa Soki menegaskan bahwa aksi pemblokiran jalan akan terus berlanjut sampai pihak kepolisian memberikan kepastian hukum yang jelas. Mereka meminta agar kepolisian segera menindak tegas para pelaku pembunuhan berencana tanpa ada lagi alasan atau pengalihan isu.
Jika keadilan tidak ditegakkan, maka jangan salahkan masyarakat jika mereka semakin berani mengambil langkah yang lebih besar!






































