Hukum  

SEANDAINYA KORBAN PEMBUNUHAN BERENCANA OLEH SEKELOMPOK PREMAN BISA BERBICARA

Solus Populi Supreme Lex

Aku Sahrul Ajwari korban pembunuhan berencana oleh sekelompok preman, bukan lagi bagian dari kalian. Nafasku telah terhenti, tubuhku telah dingin, dan namaku kini hanya disebut dalam perbincangan duka.

Aku, Sahrul Ajwari, yang dihantam dengan brutal hingga nyawaku direnggut oleh sekelompok preman, tapi meskipun mereka berhasil membungkamku, aku mohon pada kalian yang masih hidup, keadilan tidak boleh ikut mati bersamaku!

Aku Sahrul Ajwari korban pembunuhan berencana, bila seandainya bisa berbicara, aku ingin bertanya pada kalian yang masih hidup:

Mengapa hukum tidak bergerak?

Mengapa mereka yang tahu kebenaran lebih memilih untuk bungkam dan sebagian yang lainnya menuduhku mati karena kecelakaan tunggal?

Mengapa saksi yang melihat kematianku harus membuktikan nama sekelompok preman yang membunuhku, padahal bukti kekejaman mereka telah tercetak jelas di kepalaku?

“Aku Sahrul Ajwari korban pembunuhan berencana oleh sekelompok preman, jika seandainya bisa berbicara”

Aku akan mengatakan, bahwa aku tidak mati karena kecelakaan. Aku mati karena tangan-tangan keji yang memilih untuk mengakhiri hidupku, dan sekarang, mereka memilih menutupi jejak darahku seakan aku tidak pernah ada!

Darahku dihapus dari jalanan seolah dengan itu, kejahatan mereka bisa terlupakan. Kamera yang bisa merekam detik-detik kematianku rusak tepat saat kebenaran harus diungkap.

Apakah ini kebetulan, atau memang kejahatan mereka sedang dilindungi?

Seandainya aku bisa berbicara Aku Sahrul Ajwari korban pembunuhan berencana, ingin berteriak keras dari dalam kubur ku:

Apakah aku tidak layak mendapatkan keadilan dari kalian?

Ataukah nyawaku terlalu murah yang nilainya setara dengan harga sebatang rokok untuk diperhitungkan di meja hukum dan keadilan oleh kalian?

Aku mungkin sudah pergi, tetapi orang-orang yang mencintaiku masih hidup. Mereka berteriak dengan suara yang sangat lantang, mereka turun ke jalan, mereka menuntut keadilan atas kematian ku. Namun yang mereka hadapi bukan jawaban, bukan kepastian hukum bukan keadilan atas kematian ku, melainkan moncong senjata yang diarahkan kepada ayahku, ibuku, Adiku, kakakku serta saudara dan saudariku, seolah merekalah penjahatnya.

“Aku Sahrul Ajwari korban pembunuhan berencana oleh sekelompok preman, Jika aku bisa berbicara”

Aku tidak meminta belas kasihan pada kalian semua. Aku hanya meminta kebenaran diungkap secara jujur, hukum ditegakkan dan keadilan dijunjung tinggi, agar mereka yang telah merenggut hidupku tidak tertawa dalam kebebasan, bersuka ria di atas kematian ku, sementara keluargaku menangis dalam ketidakpastian dan ketidakadilan.

Tolong ingatlah pesan terakhir ku, jangan biarkan keadilan ikut terkubur bersama mayatku, biarlah keadilan terus hidup dan berkibar secara bebas.

Jika suara mereka yang sedang memperjuangkan keadilan atas kematian ku tidak didengar, maka biarkan kematianku menjadi teriakan yang tak akan bisa ditenggelam

kan oleh siapapun!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *