banner 728x250

TRAGEDI DESA DIHA: Rumah Yatim Ludes Jadi Arang, Pejabat Pemerintahan Kabupaten Bima Dimana Kalian Simpan Hati Nuraninya

BIMA, 10 Desember 2025 || Kawah NTB – Puing-puing hitam itu masih mengepulkan bau hangus di RT 05, Desa Diha, Kecamatan Belo. Namun, aroma yang lebih menyengat dari sisa kebakaran itu adalah aroma ketidakpedulian. Minggu malam (07/12/2025), si jago merah meluluhlantakkan tempat berteduh dua kakak beradik yatim, menyisakan arang dan debu. Ironisnya, hingga berita ini diturunkan, negara seolah absen hadir di tengah warganya yang paling rentan.

Juliyati (19) dan adik kecilnya yang baru berusia 6 tahun kini tak punya atap. Mereka harus menelan pil pahit kehidupan yang datang bertubi-tubi. Baru empat bulan lalu tanah kuburan ayah mereka, Almarhum Sumitro, kering. Sang ibu, terpaksa menahan rindu, merantau menjadi TKW di Timur Tengah demi melunasi biaya pengobatan mendiang suami dan menyambung hidup keluarga.

Kini, saat musibah merenggut satu-satunya peninggalan orang tua rumah panggung 12 tiang beserta seluruh isinya kedua anak ini dibiarkan menjerit dalam senyap.

Kebakaran hebat yang terjadi pukul 21.10 WITA itu memicu aksi heroik warga. Dengan peralatan seadanya, tua muda berjibaku mengepung api agar tak merembet ke rumah lain.

Armada Pemadam Kebakaran? Mereka datang saat api sudah padam, saat warga sudah lelah bertaruh nyawa. Sebuah keterlambatan klasik yang tak lagi mengejutkan.

Total kerugian materi ditaksir mencapai Rp 100 juta. Namun, kerugian psikologis yang dialami kedua anak gadis ini tak ternilai harganya. Trauma mendalam menghantui mereka, sendirian tanpa orang tua, tanpa rumah, dan tanpa kepastian. Sayangnya, jeritan batin mereka sepertinya tak terdengar hingga ke gedung mewah para pejabat.

Pertanyaan besar kini tertuju pada para pemangku kebijakan. Ke mana Camat Belo? Ke mana Dinas Sosial dan BPBD, Kemana Bupati Bima yang seharusnya menjadi garda terdepan penanggulangan bencana? Dan yang paling menyakitkan, kemana 10 Anggota DPRD Kabupaten Bima Dapil VI yang dulu memohon suara rakyat di wilayah tersebut?

Catat… Ini bukan sekadar musibah kebakaran, ini adalah tragedi kemanusiaan yang menelanjangi rapuhnya empati pejabat yang ada di wilayah Kabupaten Bima.

Hingga tiga hari pasca kejadian, belum ada satu pun representasi pemerintah daerah, baik Bupati maupun Wakil Bupati, yang turun tangan ataupun pihak pejabat yang terkait lainnya. Bantuan justru datang dari inisiatif solidaritas door-to-door ibu-ibu PKK Desa Diha. Sebuah ironi yang memalukan, rakyat kecil saling bantu, sementara mereka yang memegang stempel kekuasaan dan anggaran negara justru diam seribu bahasa.

Konstitusi Republik ini tegas, fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Tidak ada warga negara kelas dua. Namun, apa yang terjadi di Diha adalah bukti nyata ketimpangan perlakuan. Jika musibah ini menimpa kerabat pejabat, mungkin bantuan sudah mengalir deras sebelum api padam. Tapi karena ini menimpa anak yatim miskin, birokrasi seolah macet total.

Kejadian ini adalah alarm keras bagi Pemerintahan yang ada di wilayah kabupaten Bima. Jangan sampai legitimasi rakyat yang kalian genggam hanya digunakan untuk memperkaya diri, tapi lupa pada mereka yang sedang meregang nyawa menahan duka.

Masyarakat menuntut Dinas Sosial, BPBD, Bupati Bima DPRD Kabupaten Bima terlebih lagi Dapil VI dan seluruh instansi terkait untuk segera turun. Bukan sekadar seremonial, tapi berikan bantuan nyata untuk pembangunan kembali rumah dan pemulihan trauma (trauma healing) bagi kedua korban.

Bagi para pejabat yang masih duduk nyaman di kursi empuknya bukalah mata kalian. Ada dua anak yatim di Desa Diha yang menunggu bukti bahwa negara ini masih punya hati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *