BIMA, 20 Agustus 2025 || Kawah NTB – Seragam cokelat kehutanan yang dikenakan Wahyoni, oknum Polhut di Wera, telah ternoda oleh arogansi dan dugaan pemerasan. Tindakannya di lereng Gunung Sangiang bukan lagi sekadar pelanggaran, melainkan sebuah deklarasi perang terhadap rakyat kecil yang seharusnya ia lindungi. Dengan menodongkan moncong kekuasaan dan senjata api, Wahyoni telah melucuti kehormatan institusinya sendiri dan membuktikan bahwa ia adalah predator yang tidak layak mengemban amanah sebagai pejabat negara.
Kasus ini adalah ujian paling krusial bagi martabat Pemerintah Provinsi NTB. Diamnya Gubernur dan Dinas LHK NTB atas perilaku biadab ini adalah persetujuan diam-diam bagi penindasan untuk terus berlangsung. Rakyat tidak butuh alasan, rakyat butuh tindakan: Pecat Wahyoni, seret dia ke pengadilan, dan bersihkan institusi dari parasit sepertinya.
Wahyoni: Simbol Kegagalan dan Arogansi Negara
Perilaku Wahyoni bukanlah kesalahan sesaat, melainkan manifestasi dari mentalitas korup yang membusuk. Mari kita bedah mengapa oknum ini harus segera disingkirkan dari pelayanan publik:
Dia Mendirikan “Pengadilan Rimba” dan Meludahi Hukum Indonesia.
Ketika korban Hendra memohon agar kasus ini diproses sesuai hukum formal, Wahyoni menolaknya mentah-mentah. Ia lebih memilih “negosiasi” di bawah todongan intimidasi dengan tarif Rp25 juta yang ia ciptakan sendiri. Ini adalah kudeta terhadap konstitusi. Wahyoni secara sadar menempatkan dirinya di atas Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan. Ia menciptakan hukumnya sendiri di tengah hutan, di mana ia adalah hakim, jaksa, dan algojo. Pejabat yang tidak percaya pada hukum negaranya sendiri adalah pengkhianat.
Dia Menggunakan Senjata Negara untuk Meneror Rakyat.
Letusan tembakan ke udara adalah puncak dari terorisme skala mikro yang ia lakukan. Senjata yang dibeli dari uang pajak rakyat, yang seharusnya menjadi alat pertahanan terakhir untuk melindungi hutan dan masyarakat, ia gunakan untuk menakut-nakuti warga sipil demi memuluskan pemerasan. Wahyoni telah mengubah alat negara menjadi properti preman. Oknum seperti ini adalah ancaman keamanan nasional dalam skala lokal, dan tempatnya bukan di hutan, melainkan di dalam sel tahanan.
Dia Adalah Kanker yang Menggerogoti Kepercayaan Publik.
Bagaimana mungkin program pelestarian hutan bisa berhasil jika jagawannya adalah serigala? Setiap kali warga melihat seragam Polhut, yang terbayang bukanlah perlindungan, melainkan ancaman pemerasan. Wahyoni dan oknum sejenisnya adalah alasan mengapa rakyat membenci aparat. Mereka merusak citra ribuan ASN dan aparat lain yang bekerja jujur. Membiarkannya tetap menjabat sama dengan menyuntikkan racun ketidakpercayaan ke seluruh tubuh birokrasi.
Panggilan Tegas untuk Gubernur NTB dan Dinas LHK NTB
Kasus ini kini berada di depan mata Gubernur NTB dan Kepala Dinas LHK Provinsi NTB. Ini bukan lagi masalah internal atau “kenakalan oknum”. Ini adalah krisis kepercayaan publik yang menuntut respons tanpa kompromi.
Pecat Tidak Hormat! Sanksi disipliner, mutasi, atau penurunan pangkat adalah penghinaan terhadap keadilan. Tindakan Wahyoni adalah pelanggaran berat terhadap sumpahnya sebagai ASN dan sebagai manusia. Satu-satunya sanksi yang pantas adalah Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH). Copot seragamnya yang sudah ia hinakan.
Dorong Proses Pidana, Jangan Lindungi Pelaku! Dinas LHK NTB wajib menyerahkan Wahyoni ke pihak kepolisian untuk diproses atas dugaan pemerasan (Pasal 368 KUHP) dan penyalahgunaan wewenang (UU Tipikor). Jangan ada upaya “menyelesaikan secara kekeluargaan” atau melindungi korps. Melindungi Wahyoni berarti mengorbankan nama baik seluruh institusi.
Audit Seluruh Jajaran Polhut di Bima. Komentar dari oknum polisi di lokasi bahwa praktik ini hanya untuk “mencari uang rokok” adalah sinyal busuk bahwa ini mungkin bukan kasus pertama. Gubernur harus memerintahkan investigasi menyeluruh untuk membongkar kemungkinan adanya praktik serupa yang sudah menjadi “budaya”.
Rakyat Bima dan NTB sedang menonton. Setiap detik penundaan dalam menindak Wahyoni adalah bukti bahwa negara lebih berpihak pada predator berseragam daripada pada rakyatnya yang tak berdaya. Tindak lanjuti oknum kurang ajar ini, atau kehilangan kepercayaan dari seluruh rakyat yang Anda pimpin.






































